MAKALAH
PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI
“TEORI-TEORI PERKEMBANGAN ANAK”

OLEH
KELOMPOK 2
Elvira khori ulni (1300745)
Hasanah
zaili (1300716)
Roza
darmayunita (1305251)
Juni
erlinda putri (1300687)
Yulia
safitri (1300675)
Rosmelia
fitri (1300727)
Rahmah
rika putri (1305208)
Shabrina
aniza putri (1300222)
Ifina
trimuliana (1305208)
Silvia
aggraini (1305264)
Dosen
pembimbing : Nurhafizah, M.Pd
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan kasih sayangnya kepada penulis, sehinga diberikan
kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tema”Teori-teori Perkembangan Anak”
tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis guna memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Perkembangan Anak Usia
Dini. Selama melakukan
penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan baik berupa informasi,
arahan, petunjuk maupun dukungan moril dari pihak-pihak terkait. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Dosen pembimbing
2. Pihak Perpustakaan, dan
3.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari
bahwa tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat akan keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi
masyarakat Universitas Negeri Padang. Atas segala partisipasinya penulis
ucapkan terima kasih.
Padang, 29 September 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR
ISI................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
perkembangan………………...…………………... 2
B. Teori-teori perkembangan anak……………...………………... 3
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................... 11
B. Saran......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu
perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan
sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan,
sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan
psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada
diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan
dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga
dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam
memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehinnga
ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik
atau menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak
kasus yang salah dalam pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau orangtua
terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu salah dalam hal memahami
keinginan atau tindakan “super” (anak berkebutuhan khusus) dari peserta didik
atau anak kita sendiri.
Sehinnga
disuatu kesempatan kita tidak menghambat langkah dari anak-anak tersebut. Yaitu
ketika anak sudah pintar berlari kita malah baru mengajarinya berjalan, dan
ketika para anak-anak sudah dapat terbang kita sebagai guru atau orang tua
malah baru mengajarinya berlari. Berdasarkan latar belakang diatas, amak
penulis tertarik menjelaskan tentang “Teori-Teori Perkembangan”.
B.
Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah
ini yang timbul dari latar belakang poin di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penulisan makalah ini adalah bagaimana teori-teori perkembangan
itu dan impilkasinya.
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah
ini adalah mengetahui dan memahami bagaimana teori-teori perkembangan dan
implikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
perkembangan
Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saat saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali (warner, 1969).
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan
tidak ditekankan pada segi material. Melainkan pada segi fungsional. Pengertian
lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif dana berkesinambungan, baik menyangkut
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Yusuf (2001:15).
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam artian
biasa memang hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari
keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan dititik
beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau
lebih menekankan pada perubahan psikis.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan
bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang murni,
sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala psikologik yang Nampak. Dan tidak dapat disangkal bahwasannya
pertumbuhan fisik mempengaruhin perkembamngan psikis, karena keduanya memang
tidak dapat dipisahkan.
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam
memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan
berlangsung. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua
ahli, yaitu :
1. Manusia
berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam kelas
anda akan memiliki seluruh benangan contoh mengenai tingkat perkembangan yang
berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau lebih
dewasa dibannding dengan yabg lainnya.
2. Perkembangan
relatif runtut
Orang
cenderung mengembangkan kemampuan tertantu sebelum kemampuan yang lain.
3. Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat
jarang perubahan terjadi setiap hari. Jadi di dalam perkembangan manusia
membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan
tidak setiap hari berlangsung.
B.
Teori-teori
perkembangan
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila
ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Menurut Buhler (1893-1974) mengatakan bahwa ada lima tingkat perkembangan
psikis seseorang yaitu:
1. Permulaan
2. Penanjakan
3. Puncak
masa hidup
4. Penurunan
5. Akhir
kehidupan
Beberapa teori yang berhubungan dengan
perkembangan adalah:
1. Teori yang berorientasi biologis (Nativisme)
Tokoh utamanya adalah Shopenhauer. Teori ini
mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami (kodrat).
Dan pembawaan inilah yang akan menentukan wujud kepribadian seorang anak.
Pengaruh lain dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Dengan
demikan maka pendidikan bagi anak akan sia-sia, dan tidak perlu lagi dihiraukan.
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak
akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi
jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang
baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan
luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman
1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan
pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti
privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering
ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi
bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang
dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Teori ini menitikberatkan pada apa yang disebut
bakat, jadi factor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir.
Perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organism.
Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja melainkan juga harus
dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara
biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype). Dalam hal ini maka
perkembangan merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh Peaget (1971)
disebut sebagai kelanjutan genesa-embryo.
Kelemahan teori ini Nampak dalam penelitian
anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam
lingkungan yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang berbeda pula.
Perbedaan dalam perkembangan dua anak tadi tidak dapat diterangkan sebagai
reaksi mereka terhadap banyak sedikitnya kehamgatan yang diterima, atau melulu
karena banyak sedikitnya pendidikan formal yang yang dialami. Anak bukan
merupakna makhluk reaktif belaka, melainkan ia juga secara aktif mencari dan
menemukan kesempatan sendiri untuk mengembangkan pribadinya.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga
kita jumpai pada waktu anak dalam suatu kondisi tertentu mampu melaksanakan
tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang
levih awal dari pada stadium perkembangannya.
2. Teori
lingkungan
Dalam kelompok teori lingkunagn termasuk teori
belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Teori-teori belajar
mempunyai sifat yang berlainan. Persamaan yang ada diantara berbagai teori
belajar itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang
yang bersifat relative tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak disebabkan
oleh pertumbuhan.
Menurut teori ini maka perkembangan adalah
bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Berjalan harus dipelajari, bergaul
dengan oranglain juga harus dipelajari, begitu juga dengan berpikir logis.
Ketiga hal ini membutuhkan cara belajar yang berlain-lain. Belajar berjalan
adalah cara belajar sensori-motorik, belajar bergaul termasuk belajar sosial
dan berpikir logis juga termasuk belajar koqnitif.
Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama,
potensi untuk melakukan tingkah laku nivo yang lebih tinggi tidak tergantung
dari pada perubahan spontan dari struktur organism, melainkan tergantung dari
apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi bila nak hdup
dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola
tingkah laku yang khas lingkungannya tadi. Telah banyak diketahui bahwa
misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai
sifat-sifat yang khas lingkungan.
3. Teori
psikodinamika/psikososial
Eric Erikson
merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari Freud. Erikson
menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan dasar dasri
orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial. secara umum,
Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang
siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang
menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat
melampaui denagn baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka
akan semakin sehat perkembangannya.
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar
dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkunagn
primer, terhadap perkembangan. Perbedaanya ialah bahwa teori psikodinamika
memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam
kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori ini, maka komponen yang bersifat sosio-afektif,
yaitu ketegangan yang ada dalam diri sseorang sebagai penentu dinamikanya.
Menurut salah satu teori psikodinamika terkenal,
yaitu teori Freud, maka sorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan
biologis, yaitu libido dan nafsu mati. Kekuatan atau energy ini “menguasai”
semua orang atau semua benda yang
berarti bagi anak, melalui proses yang oleh Freud disebut kathexis. Kathexis berarti konsentrasi energy psikis terhadap suatu
objek atau suatu ide yang spesifik.
Teori perkembangan yang berorientasi psikodinamika
tidak lagi mengakui pendapat yang dulu dianut secara umum, bahwa perkembangan
fungsi seksual baru dimulai bersamaan dengan pertumbuhan organ kelamin pada
masa remaja.
Teori
perkembangan yang berorientasi psikodinamika mempunyai kelemahan yaitu tidak
dapat diuji secara empiris (Eysenck, 1959; De Waele, 1961). Teori tersebut
menitikberatkan akan perkembangan sosio-afektif. Bial dalam teori ini
seksualitas menduduki tempat yang utama, perlu diketahui juga bahwa libido dan
agresi (sebagai pernyataan nafsu mati) selalu berjalan bersama-sama. Jadi kalau
misalnya seksualitas ditekan karena norma pendidkan orang tua, maka agresi ikut
ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan
kepribadian anak.
4. Teori
ilmu kerohanian
Tokoh yang paling utama dalam teori ini adalah
Eduard Sparange (1882-1962). Titik berat pandangannya adalah pada kekhususan
psikis indvidu. Sesua dengan pendapat Dilthey (1833-1911) Sparange mengemukakan
bahwa gejala psikis seseorang sulit diterangkan dalam halnya menerangkan gejala
fisik..
Gejala psikis hanya dapat kita “mengerti” yaitu ketika
kita mengerti dari arti yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang diartikan
“mengerti” disini bukan merupakan proses rasional saja, melainkan suatu
kemampuan untuk dapat merasakan suatu situasi tertentu.
Gejala dimengerti dari keseluruhan strukturnya, begitu
pula gejala perkembangan dimengerti dengan cara seperti itu. Misalnya pemaksaan
seksual adala suatu gejala fisiologis, tetapi remaja memberikan arti dalam
keseluuhan struktur psikologisnya. Dalam hal itu sikap dapat merasakan dan
simpati terhadap person pasangannya memegang peranan yang penting.
Penundaan pemuasan seks hingga sesudah masa remaja,
menurut Sparanger, adalah suatu hal yang berarti, baru pada usia dewasa “sexus“
(nafsu seks) dan” eros” (rasa kasih yang mempunyai hakikat etis) dapat bersatu.
Menurut
Sparanger pengintegrasian Sexos dan Eros serta berbagai nilai hidup dalam suatu
system nilai pribadi bersamaan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu
rencana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan seseorang.
5. Teori
interaksionalisme
Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku
anak banyak ditentukan oleh adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya,
perkembangan kognitif seorang anak bukan merupakan perkembangan yang wajar
melainkan ditentukan interaksi budaya.
Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam
berinteraksi budaya, serta dari penanaman nilai-nilai lewat pendidikan (disebut
transmisi sosial) itu diharapkan mencapai suatu stadium yang disebut Ekuilibrasi yakni keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi pada diri anak.
Teoretikus terkenal dalam interaksionalisme adalah
Piaget (1947). Piaget hanya mementingkan perkembangan intelektual dan
perkembangan moral yang berhubungan dengan itu. Disini moral dipandang sebagai
berhubungan dengan intelektual anak. Inti pengertian teori piaget adalah bahwa
perkembangan harus dpandang sebagai kelanjutan genesa-embrio. Perkembangan
tersebut berjalan melalui berbagai stadium dan membawa anak ke dalam berfungsi
dan tingkatan struktur yang lebih tinggi.
Terlaksananya
perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai macam factor yaitu:
a. Factor
pemasakan yang memungkinkan dilakukan
aktivitas seseorang.
b. Pengaruh
yang datang dari pengalaman dan transmisi sosial.
Isilah
interaksionalisme menunjuk pada pengertian interaksi, yaitu pengaruh timbal
balik. Disini dimaksudkan tidak hanya mempengaruhi antara bakat (pembawaan dan
konstitusi) dan lingkungan, antar pemasakan dan belajar, meladinkan juga
interaksi antara pribadi dan dan dunia
luar. Interaksi tadi mengandung arti
bahwa orang dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan petunjuk pada
dunia luar.
6. Teori
konvergensi
Teori ini penganjur utamanya adalah Williams Stern. ungkapkan
bahwa perkembangan jiwa anak libih banyak ditentukan oleh dua factor yang
saling menopang, yakni factor bakat dan factor pengaruh lingkungan, keduanya
tidak dapat dipisahkan seola-olah memadu, bertemu dalam satu titik. Munawar
sholeh (2005: 20-23).
7. Teori
rekapitulasi
Rekapitulasi berarti ulangan, yang dimaksudkan
disini d\adalah bahwa perkembangan jiwa anak adalah merupakan hasil ulangan
dari perkembangan seluruh jenis manusia. Pernyataan terkenal dari teori ini
adalah Anogenesa Recapitulatie
Philogenesa (perkembangan satu jenis makhluk adalah mengulangi perkembangan
seluruhnya).
8. Teori
kemungkinan berkembang
Teori
ini berlandaskan alas an-alasan:
a. Anak
adalah makhluk manusia yang hidup.
b. Waktu
dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga ia membutuhkan
perlindungan.
c. Dalam
perkembangan anak melakukan kegiatan yang bersifat pasif dan aktif.
Yang menyampaikan teori ini adalah Dr. M.J Langeveld
salah seorang ilmuan dari belanda.
9. Teori
psikoanalisis
Teori Psikoanalitis dari Freud
menekankan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah
sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan
instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang
bekerja menurut prinsip kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego.
Id, merupakan aspek
biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur bilogis, termasuk di dalamnya
dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif yang lebih dasar. Ego, merupakan aspek psikologis
kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara
baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme
dengan keadaan lingkungan. Superego, adalah
aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-niali tradisional dan
cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya
melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan
apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan
norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Sedangkan dalam perkembangan psikoseksual anak sendiri Freud mengemukakan
bahwasannya, perkembangan anak dibagi dalam beberapa tahap atau fase, yaitu:
a. Fase oral (0-11 bulan)
Selama masa
bayi, sumber kesenangan anak berpusat pada aktifitas oral : mengisap, mengigit,
mengunyah, dan mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang
diperoleh pada tahap ini adalah menyapih dan makan.
b. Fase anal
(1-3 tahun)
Kehidupan
anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,sangat egoistik,
mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat
dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginanya. Untuk itu toilet
training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode ini. Masalah
yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif (gangguan
pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang
pengendalian diri.
c.
Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
Kehidupan
anak berpusat pada genetalia dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai suka pada lain jenis. Anak mulai
mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin. Anak mulai memahami identitas
gender ( anak sering meniru ibu atau bapak dalam berpakaian).
d.
Fase laten (6-12 tahun)
Kepuasan
anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis
untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktifitas
fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih
menyukai teman dengan jeni skelamin yang sama, demikian juga sebaliknya. Pertanyaan
anak semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi (Ortu harus bijaksana dan
merespon). Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya tentang seks,
sebaiknya ortu waspada ( Peran ibu dan bapak sangat penting dlm melakukan
pendekatan dengan anak).
e.
Fase genital
(12-18 tahun)
Kepuasan anak akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
garis besar dari makalah ini, yaitu bahwasannya terdapat berbagai macam
mengenai teori perkembangan anak, diantaranya yaitu:
Aliran nativisme ini,
bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Dalam teori belajar
mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam per-kembangan peserta didik. Pengalaman
belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Karena
itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Teori Konvergensi berpandangan
bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun
lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan
atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena
pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya.
B.
Saran
Dari makalah yang telah dibuat,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari pembaca sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahruddin
dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar
& PEmbelajaran. Yogyakrta: Ar Ruz
Media.
Monks.
1982. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tim Penulis
Buku Psikologi Pendidikan. 1993. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri.
Woolfolk,
Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune. 2004. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi
PEmbelajaran I). Jakarta: Inisiasi Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar